puisi kegelisahan anak muda islam
HAI ANAK MUDA ISLAM !
Hai anak muda Islam!
kulihat dirimu berhenti
kupandang wajahmu kalut
kusapa hatimu begitu kacau
apa sebenarnya yang sedang engkau cari?
engkau bingung
merenung
berkhayal
tak berbuat
hari-harimu lepas begitu saja
Hai anak muda Islam!
bangunlah dari ranjang hijaumu
berceritalah tentang kenyataan
patahkan ranting khayalan
bercerminlah dengan masa depan
bacalah dirimu dengan ghirah
dan tuliskan hidupmu dengan pena yang panjang
Hai anak muda Islam!
mengapa engkau menangis karena sekerat duri?
cabut dan buanglah yang tak berguna
Bergegaslah!
karena fajar Islam sedang menantimu
DUNIA TANPA MUJAHID
Dunia tanpa mujahid
bagaikan hari tanpa mentari
bagaikan waktu tak bertempat
bagaikan permainan tak kan pernah berakhir
Engkau tak tahu perlunya perubahan
bahkan, engkau tak mau tahu artinya perubahan
sampai perubahan itu sendiri menggilasmu
Dunia tanpa mujahid
bagaikan perjalanan tanpa kuda
yang mengantarmu melintasi terjalnya medan-medan jihad
yang mengantarmu melihat luasnya padang-padang perjuangan
dan yang mengantarmu ke tempat-tempat tak terfikirkan
Engkau tak tahu perlunya perubahan
bahkan, engkau tak mau tahu artinya perubahan
sampai perubahan itu sendiri menggilasmu
Dunia tanpa mujahid
bagaikan burung tanpa sayap
yang membawamu melayang di angkasa fathu Makkah
yang membawamu melintasi awan-awan Jibraltar
dan yang membawamu ke tempat-tempat tak terbayangkan
Dunia tanpa mujahid
tak pernah pernah ada dalam sejarah Islam
sebab, Islam hadir untuk diperjuangkan oleh para mujahid
MENTARI MADINAH
Biarkanlah mentari Madinah kan terbit
memancarkan sinarnya di hari ini
meski panasnya terasa menyengat
jangan engkau halangi cahayanya
dengan mendungmu yang tebal
atau tiraimu yang kelabu
singkirkan bianglala di langit biru
karena telah mempesona hati awan
sehingga mengaburkan pandang
untuk melihatnya
Mentari Madinah
warisan sang Nabi
pencerah kehidupan
pemberi semangat hati yang suci
penggerak roda kehidupan
penunjuk jalan keselamatan
pertanda kasih Ilahi
Mentari Madinah
kami yang lemah ini ingin membelaimu
dalam wajahmu yang dahulu
INTELEKTUAL PENJILAT
Kita ini mayoritas adanya,
tetapi mengapa terasa minoritas?
Kita ini besar adanya,
tetapi mengapa terasa kecil?
Kita ini di depan adanya,
tetapi mengapa terasa di belakang?
Kita ini kenapa?
wajah-wajah tertunduk
tangan-tangan terbelenggu
perut-perut kelaparan
dan kaki-kaki terpasung
Saudaraku,
adakah duri dalam daging kita,
sehingga kita tertatih-tatih dalam kepincangan?
ataukah seseorang telah berdiri di persimpangan,
sehingga merintangi jalan kita untuk kembali?
Saudaraku,
andakah yang menghalangi jalan kami?
untuk sekedar mencari remah-remah kehidupan
demi seonggok gelar dan segepok dollar
layakkah anda menghinakan diri kepada kaum kuffar?
patutkah anda membuat tandingan kemuliaan,
yang ditentukan Sang Maha Pencipta untuk kita?
bukankah sekeliling anda telah bercerita?
bukankah pergulatan anda dipenuhi logika?
dan bukankah anda seorang pakar?