Senin, 03 Mei 2010

puisi kegelisahan anak muda islam

HAI ANAK MUDA ISLAM !

Hai anak muda Islam!
kulihat dirimu berhenti
kupandang wajahmu kalut
kusapa hatimu begitu kacau
apa sebenarnya yang sedang engkau cari?
engkau bingung
merenung
berkhayal
tak berbuat
hari-harimu lepas begitu saja

Hai anak muda Islam!
bangunlah dari ranjang hijaumu
berceritalah tentang kenyataan
patahkan ranting khayalan
bercerminlah dengan masa depan
bacalah dirimu dengan ghirah
dan tuliskan hidupmu dengan pena yang panjang

Hai anak muda Islam!
mengapa engkau menangis karena sekerat duri?
cabut dan buanglah yang tak berguna

Bergegaslah!
karena fajar Islam sedang menantimu

DUNIA TANPA MUJAHID

Dunia tanpa mujahid
bagaikan hari tanpa mentari
bagaikan waktu tak bertempat
bagaikan permainan tak kan pernah berakhir

Engkau tak tahu perlunya perubahan
bahkan, engkau tak mau tahu artinya perubahan
sampai perubahan itu sendiri menggilasmu

Dunia tanpa mujahid
bagaikan perjalanan tanpa kuda
yang mengantarmu melintasi terjalnya medan-medan jihad
yang mengantarmu melihat luasnya padang-padang perjuangan
dan yang mengantarmu ke tempat-tempat tak terfikirkan

Engkau tak tahu perlunya perubahan
bahkan, engkau tak mau tahu artinya perubahan
sampai perubahan itu sendiri menggilasmu

Dunia tanpa mujahid
bagaikan burung tanpa sayap
yang membawamu melayang di angkasa fathu Makkah
yang membawamu melintasi awan-awan Jibraltar
dan yang membawamu ke tempat-tempat tak terbayangkan

Dunia tanpa mujahid
tak pernah pernah ada dalam sejarah Islam
sebab, Islam hadir untuk diperjuangkan oleh para mujahid


MENTARI MADINAH

Biarkanlah mentari Madinah kan terbit
memancarkan sinarnya di hari ini
meski panasnya terasa menyengat

jangan engkau halangi cahayanya
dengan mendungmu yang tebal
atau tiraimu yang kelabu

singkirkan bianglala di langit biru
karena telah mempesona hati awan
sehingga mengaburkan pandang
untuk melihatnya

Mentari Madinah
warisan sang Nabi
pencerah kehidupan
pemberi semangat hati yang suci
penggerak roda kehidupan
penunjuk jalan keselamatan
pertanda kasih Ilahi

Mentari Madinah
kami yang lemah ini ingin membelaimu
dalam wajahmu yang dahulu


INTELEKTUAL PENJILAT

Kita ini mayoritas adanya,
tetapi mengapa terasa minoritas?
Kita ini besar adanya,
tetapi mengapa terasa kecil?
Kita ini di depan adanya,
tetapi mengapa terasa di belakang?

Kita ini kenapa?
wajah-wajah tertunduk
tangan-tangan terbelenggu
perut-perut kelaparan
dan kaki-kaki terpasung

Saudaraku,
adakah duri dalam daging kita,
sehingga kita tertatih-tatih dalam kepincangan?
ataukah seseorang telah berdiri di persimpangan,
sehingga merintangi jalan kita untuk kembali?

Saudaraku,
andakah yang menghalangi jalan kami?
untuk sekedar mencari remah-remah kehidupan
demi seonggok gelar dan segepok dollar
layakkah anda menghinakan diri kepada kaum kuffar?

patutkah anda membuat tandingan kemuliaan,
yang ditentukan Sang Maha Pencipta untuk kita?

bukankah sekeliling anda telah bercerita?
bukankah pergulatan anda dipenuhi logika?
dan bukankah anda seorang pakar?

Cari Blog Ini